<!--[if gte mso 9]><xml>
"Sebab saya percaya sekali bahwa di seluruh dunia, baik kematian maupun kehidupan, baik malaikat maupun penguasa, baik ancaman-ancaman sekarang ini maupun ancaman-ancaman di masa yang akan datang atau kekuatan-kekuatan lainnya; baik hal-hal yang di langit, maupun hal-hal yang di dalam bumi atau apa saja yang lain, semuanya tidak dapat mencegah Allah mengasihi kita, seperti yang sudah ditunjukkan-Nya melalui Kristus Yesus, Tuhan kita." Roma 8:38-39
Berbicara mengenai kualitas cinta kasih, kita semua harus berkiblat pada Allah, karena Dialah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Sudah tersurat dengan jelas bahwa "Allah itu kasih". Jika ada yang meragukan kualitas kasih Allah, ia sedang dalam 'bahaya' yang sangat serius. Karena pemahaman kita akan kasih Allah akan berdampak dalam segala aspek kehidupan. Tidak heran jika secara khusus hukum Allah dirangkum dalam satu kata perintah "Kasihilah".
Jika Anda pernah meragukan kasih Allah, Anda tidak sendirian. Dalam kesulitan dan penderitaan, manusia sering mempertanyakan kehadiran Allah. Saat musibah menimpa, kita sering berpikir Allah sedang menghukum. Saat doa belum terkabul, kita menyimpulkan kalau Tuhan sedang menjauh. Begitu cepat manusia menghakimi dan memberikan penilaian negatif terhadap keberadaan Allah.
Pak Henrikus terserang stroke 15 tahun yang lalu. Hidupnya habis di atas kursi roda dan tempat tidur. Semangat hidupnya pudar. Yang ada dibenaknya hanya satu 'ingin cepat meninggalkan dunia ini'. Ia tidak lagi membaca firman. Tidak mau berdoa atau beribadah. Padahal dulu ia pernah menjadi majelis gereja. Pergumulan yang tidak kunjung usai membuatnya berpikir 'God is dead'. Tuhan sudah mati. Ia sudah powerless, buktinya Ia tidak bisa menyembuhkan penyakitnya. Ia punya kepahitan dengan Allah.
Sebaiknya pak Henrikus membaca surat rasul yang mengatakan bahwa tidak ada yang bisa membatasi kasih Allah. Jangan pernah berpikir bahwa penderitaan, kesesakan, ketelanjangan, kelaparan dan aniaya merupakan bukti bahwa Allah sudah bangkrut kasih sayang. Belajarlah dari Anak Yang Terhilang. Saat ia pergi dari rumah, hidup berfoya-foya, kelaparan dan menderita, bapaknya sedang menunggu di rumah. Setiap hari ia duduk di depan rumah sambil menatap jauh ke seberang dengan harapan anaknya yang terhilang akan kembali. Kasihnya tidak berubah meski anaknya sudah berlaku 'kurang ajar', ceroboh dan hidup memalukan. Itulah kasih Allah yang tidak mengenal batas waktu, tempat dan sasaran.
Sama seperti sang bapak yang mengijinkan anaknya pergi dan menderita, demikian juga Allah mengijinkan anak-anaknya mengalami berbagai pergumulan, karena di sanalah pelajaran hidup dan pendewasaan iman akan terjadi. Yang membuat anak itu tidak merasakan kasih bapak karena dia jauh dari kehadirannya. Tidak ada komunikasi dan tidak sempat berpikir karena setiap hari hahya untuk pesta-pora. Ia melupakan ayah, meski sang ayah tidak pernah melupakannya. Namun saat ia menyadari kesalahannya dan kembali ke rumah bapak, disanalah ia mendapatkan pelukan kasih yang selama ini hanya ada dalam kerinduan.
Pulanglah sekarang,
kembalilah kepada Allah dan rasakan cinta Allah, karena cinta kasihnya selalu
tersedia bagi kita. Selalu baru setiap hari, selalu segar setiap saat. Tidak perlu malu atau ragu. Ia sedang menunggumu ..
Pulanglah ..
(Ditulis Oleh Pdt Paulus Wiratno)